saya mau tanya kalo kita ke gereja lalu ada romo yang khotbahnya menyinggung dan kadang-kadang tak ada intinya. apakah kita boleh mengungkapkannya dengan romo tersebut dan kalo romo tersebut marah apakah kita yang salah berkata sejujurnya?
Untuk Flossie, Kotbah adalah forum Pengajaran resmi Gerejani. Maka yang berkah kotbah adalah seorang imam yang ditahbiskan. Kotbah yang disiapkan selalu berlandasan pada Injil dan mencoba mengulasnya melalui kehidupan keseharian. Nah bila dirasakan bahwa kotbah Romo tidak ada intinya bahkan kadang menyinggung, maka baik kalau juga disampaikan kepada Romo ybs, agar romo ybs mendapatkan umpan balik dari umat yang mendengarkan kotbahnya. Agar Romo ybs tidak sembarangan berkotbah, atau sekurang-kurangnya menyiapkan kotbahnya dengan baik.
Untuk Pak Nero soal menyakiti tentunya perlu diketahui alasannya mengapa menyakiti kita? barangkali kita yang lebih dahulu menyakitinya sehingga dia membalas menyakiti kita? hal itu sangat mungkin terjadi. Namun kita akan lebih menjadi bernilai bila kita memulai lebih dahulu untuk meminta maaf apakah kita yang salah atau dia yang salah. Meminta maaf merupakan ungkapan eksistensi kita sebagai manusia yang berdimensi sosial. Inilah yang selalu sulit kita lakukan (kalau Tuhan Yesus mengajarkan "Bila ditampar pipi kirimu, berikan juga pipi kananmu), itulah implementasinya dalam ungkapan dan ucapan meminta maaf kepada mereka yang menyakiti kita.
Adik Niiccco Saya tidak bisa memberikan jawaban karena pertanyaanmu sulit saya pahami. Salam Rm. Azis
Haai FREN, kasih ALLAH bener2 JEMPOL. Cinta-Nya secerah MENTARI. Dia telah BEBASkan qta, dgn rela mati di kayu salib. Di mata-Nya qtq adl STAR ONE. Seperti yg di tulis di dalam Firman-Nya,"KETUKLAH PINTU,MAKA AKAN DIBUKAKAN DAN MINTALAH MAKA AKAN DIBERIKAN."
Adik Anthonyz Di gereja Katolik dimanapun di seluruh dunia, Bacaan Misa pada hari minggu selalu sama. Misalnya saya ikut misa hari Minggu 20 April 2008 di Surabaya atau di Jakarta di Papua bahkan di Roma atau di New York sekalipun Bacaan misanya sama. sehingga semua umat Katolik yang pada hari itu mengikuti misa kudus mendapatkan bacaan yang sama (Bacaan Pertama, Kedua maupun Injil. Di beberapa Gereja di Indonesia sekarang ini umat juga sudah mulai dilibatkan untuk ikut membaca Bacaan, tidak hanya sekedar mendengar. Disediakan teks misa dengan bacaan hari itu. Nah dengan demikian sebenarnya umatpun diberi kesempatan untuk menelaah kotbah atau homili Romo tentang bacaan misa hari itu. maka umat pun diberi kesempatan untuk mendiskusikan dengan romo tentang kotbahnya tadi dan terbuka untuk menanyakan bila kotbahnya memang tidak jelas apalagi tidak dimengerti umat. Kita juga harus memperhitungkan kemampuan romo dalam menyiapkan kotbahnya. karena audiens yang dihadapi adalah umat dari segala strata umur (dari bayi sampai kakek/nenek) strata pendidikan (dari drop-out/buta huruf sampai sarjana) dari strata sosial (masyarakat jelata sampai pejabat) strata ekonomi (dari orang miskin sampai milyarder). maka betapa seorang imam sangat perlu untuk menyiapkan kotbahnya baik-baik karena audiens-nya sangat variatif. Kotbahnya sedapat mungkin bisa menyapa seluruh strata di atas. Itupun waktu kotbahnya hanya 15 menit. Dan harus berkotbah lebih dari 5 sampai 7 kali (Sabtu dan Minggu). nah boleh dibayangkan yaa...betapa besar dan membutuhkan konsentrasi waktu yang cukup bagi seorang imam mempersiapkan kotbah yang baik. Oleh karena itu baiklah Adik Anthonyz kadang memberikan masukan kepada Romo tentng kotbahnya, sehingga romo itu menjadi lebih serius atau tersapa langsung. Salam Rm. Azis