Matematika acap dikaitkan dengan pola, dan keteraturan. Matematika dengan keacakan, mungkinkah? Dalam beberapa program seperti Excel ataupun Maple, keacakan (randomness) bisa dibangkitkan dengan menggunakan formula tertentu. Namun bukankah ketika sebuah deret dibangkitkan dengan formula tertentu, artinya deret acak tersebut dapat ditelusuri kembali dari bentuk asalnya, kemudian dicari polanya (berlaku untuk hubungan jika dan hanya jika;D)?
Jawabannya adalah tidak mungkin. Hal yang mendekati keacakan ini adalah pseodorandom, yaitu cara untuk menyembunyikan langkah yang kita masukan dalam sebuah program. Implikasinya, kita akan sulit untuk mencari sebuah deret dalam bilangan random, dan juga menentukan seberapa acak deret tersebut. Bahkan, salah satu fungsi pembangkit bilangan random yang paling populer berasal dari fungsi yang sederhana.
Untuk persamaan matematis dan pembahasan lebih lanjut dapat dibaca di sini.
Karir apa yang bisa ditempuh oleh seorang sarjana matematika? Pilihannya bisa beragam. Andaikan lulusan matematika dipandang sebagai himpunan yang homogen, maka perjalanan hidup usai memperoleh gelar S.Si pun tak lazim, setidaknya bagi orang-orang yang kerap mempertanyakan keputusanku untuk masuk Studi Pembangunan. Dari beberapa mata kuliah yang saya peroleh, diantaranya mikro ekonomi yang banyak menggunakan persamaan diferensial, dan beberapa pengembangannya di dalam makro ekonomi, penguasaan matematika memang menjadi cukup mutlak. Begitupula dalam pemodelan yang meski telah menggunakan program, masih menyisakan beberapa persamaan integral dan diferensial. Tapi apakah seorang matematikawan atau lulusan matematika menjadi unggul karena kemampuannya berhitung dan bermain simbol?
Dalam beberapa aspek jawabannya ya. Namun dalam kehidupan nyata, simbol tak hanya muncul dalam notasi epsilon delta tapi juga dalam kejelian melihat pola. Seorang asisten yang biasa mengoreksi pekerjaan rumah, dengan segera bisa melihat pola-pola ketika seorang mahasiswa menyalin pekerjaan temannya. Dalam kasus yang lain melihat celah-celah pemecahan masalah yang tersembunyi diantara kekacauan yang ada. Kalau dalam pelajaran analisis real, sebuah himpunan bilangan bisa dikenali dari karakternya, maka dalam kehidupan nyata objeknya tak lagi deret ataupun anggota himpunan melainkan manusia dan lingkungan, meski sama-sama memiliki pola.
Menurut dosen saya, hal itulah yang menjadikan lulusan matematika berbeda (atau mungkin ini salah satu bentuk perilaku chauvis jurusan:D)