Salah satu peningkatan manusia dalam berkomunikasi adalah dengan bahasa tulis yang mana pada jaman dahulu sering disebut dengan aksara. dan aksara ini secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana penyebaran informasi yang sudah tentu semakin banyak orang pinter pada jamannya. cuman sayang, kesetaraan informasi dalam pengenalan aksara masih tertutup oleh dikotomi system pemerintahan jaman dahulu. sehingga semakin sedikit orang-orang atau rakyat jelata yang mengerti / belajar aksara sebagai metode untuk lebih produktif dalam pembelajaran.
Menurut cerita, aksara-aksara yang berkembang di indonesia adalah alkuturasi dari aksara Arab Melayu atau Jawi. dan menyebar kedaerah daerah yang tentunya disesuaikan lagi dengan kebudayaan daerah yang sudah ada. misalkan di bali juga ada akasara hanacaraka. tetapi secara penulisan dan tanda baca yang mendukungnya tentu akan sedikit berbeda. *biasanya aku ngotot kalau aksara bali dan jawa itu sama, tapi karena orang bali suka seni. makanya tulisan hanacaraka dibali pake diukir dan meliuk-liuk he.he..*
bisa dilihat bedanya spt gambar berikut.
Hanacaraka gaya Jawa, aksara -aksara dasar
Hanacaraka gaya Bali, aksara -aksara dasar
Untuk aksara jawa, ada banyak penafsiran yang mungkin didalamnya memang saling terkait atau dikait-kaitkan dengan kehidupan yang berjalan pada jaman itu. semua perilaku, perjalanan, ataupun tatanan tingkah laku bisa dikaitkan didalam aksara jawa ini. seperti tafsiran dari Pakubuwono IX, Raja Kasunanan Surakarta.
Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada utusan yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan ).
Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data saatnya ( dipanggil ) tidak boleh sawala mengelak manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha sama atau sesuai, jumbuh, cocok tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu menang, unggul sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan sekedar menang atau menang tidak sportif.
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
dan ada pengejawantahan huruf lagi dari hana caraka.
Ha Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi - arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra Rasaingsun handulusih - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana - hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan - menerima hidup apa adanya
Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
Sa Sifat ingsun handulu sifatullah - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa Wujud hana tan kena kinira - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La Lir handaya paseban jati - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
Pa Papan kang tanpa kiblat - Hakekat Allah yang ada disegala arah
Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja Jumbuhing kawula lan Gusti - Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas titah/kodrat Illahi
Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki - memahami kodrat kehidupan
Ma Madep mantep manembah mring Ilahi - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
Ga Guru sejati sing muruki - belajar pada guru nurani
Ba Bayu sejati kang andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha Tukul saka niat - sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
Nga Ngracut busananing manungso - melepaskan egoisme pribadi manusia.
Satu lagi tambahan bahwa semua pembelajaran bisa didapat darimana saja. kalau jaman dahulu orang melihat dan merenung dengan melihat lewat bahasa, tingkah laku binatang, peredaran bintang dan lain sebagainya. maka, mungkin di jaman sekarang, yang akan dilihat, diamati dan direnungkan hanya dari pengalaman,buku dan bagaimana respon kita terhadap kejadian yang tentunya secara kasat mata sudah dialami atau sudah terjadi diluar sana.
Wah informasi yang buagus benget bos, banyak diantara kita sudah tidak tahu info-info yang semacam itu. Lebih parah lagi, "Wong Jowo ilang jawane" mksudnya ndak tau apa-apa tentang tulisan n bahasa jawa secara menyeluruh. Tambah terus informasinya BOS!!!!